Alhamdulillah Gak Salah Pilih

Assalamualaikum, sudah hampir satu tahun saya tidak mengupdate atau mengurus blog ini. Banyak kesibukan di dunia nyata, sibuk ngerjain tugas lebih tepatnya haha. Kali ini saya membawa warna baru untuk mengisi blog ini, saya akan menambahkan kategori “Cerita Kampus”. Isinya adalah cerita kehidupan saya didunia perkuliahan, “Apa sih ga penting banget -_-“ ya, memang tidak penting dan tidak ada hubungannya dengan tips trik lulus SNMPTN 2018 atau tentang review dan prospek kerja jurusan yang biasa saya tulis. Harapan saya dengan adanya cerita kampus bisa menghibur para pengunjung dan memberikan gambaran bagaimana kehidupan di kampus. Jadi untuk yang kepo atau membayangkan bagaimana dunia perkuliahan mungkin bisa sedikit terbayang. Percayalah, kehidupan di kampus yang sesungguhnya beda dengan apa yang kalian liat di ftv.

Arus Kuat atau Arus Lemah
Arus Kuat atau Arus Lemah
Balik lagi ke judul “Alhamdulillah Gak Salah Pilih”, saya tidak akan bercerita tentang salah pilih jurusan/prodi. Ini naik satu tingkat, yaitu pemilihan konsentrasi atau penjurusan. Untuk yang belum tahu apa itu penjurusan atau konsentrasi saya akan jelaskan sedikit. Pada saat kalian akan naik ke kelas 11 SMA kalian dihadapkan untuk memilih jurusan kan? IPA atau IPS. Kalian memilih sesuai minat dan bakat kalian. Nah, setelah kuliah pun sama ada peminatan lagi dalam program studi yang kalian pilih.

Sudah paham arti penjurusan? Oke saya mulai ceritanya. Jujur saat SMA saya tidak tahu jika ada penjurusan “lagi” didalam program studi (mungkin tidak semua jurusan ada). Yang saya tahu hanyalah fakultas, dan ada beberapa prodi di fakultas tersebut. Jadi ketika saya memillih untuk masuk ke Teknik Elektro saya berfikir bahwa saya dan teman-teman sekelas akan belajar mata kuliah yang sama sampai lulus. Tapi ternyata tidak, di semester empat (mungkin tiap universitas berbeda) ada pemilihan konsentrasi. Dimana untuk prodi saya ada dua konsentrasi, Teknik Tenaga Listrik dan Teknik Telekomunikasi. Setelah tahu ada penjurusan saya searching apa saja yang dipelajari di kedua konsentrasi tersebut. Dan akhirnya pada saat semester dua saya memilih untuk mengambil teknik telekomunikasi di semester empat nanti.

Tapi diakhir-akhir semester tiga, timbul rasa galau dan bimbang untuk memilih konsentrasi, saya bingung memilih arus kuat atau arus lemah. Pendapat tiap dosen berbeda-beda, ada yang pro ke teknik tenaga listrik dan ada yang pro ke teknik telekomunikasi. Untuk perkembangan teknologi, teknik tenaga listrik cenderung sama dari dulu sampai sekarang, sedangkan teknik telekomunikasi selalu update mengikuti perkembangan zaman, itu kata dosen saya. Setelah berfikir panjang, saya mengambil kesimpulan bahwa belajar di TTE lebih mudah dibanding telekomunikasi. Itu hanya pendapat saya, karena tiap orang punya persepsi masing-masing. Dan pada akhirnya saya mengambil Teknik Tenaga Listrik atau bahasa kerennya Electrical Power Engineering.

Awal semester empat saya sudah dihantui rasa takut karena akan menghadapi mata kuliah Teknik Instalasi Listrik, mata kuliah tersebut konon katanya adalah mata kuliah ter-nyebelin di semester empat. Dan memang benar, kita harus membuat rancangan instalasi listrik gedung + gambar. “Ah gambar doang mah gampang, bisa pake visio atau autocad”, iya. Masalahnya adalah kita diberi tugas membuat gambar secara manual di kertas milimeterblok A0, setelah di acc baru kita bisa pindahkan ke software. Tidak hanya mata kuliah teknik instalasi listrik, hampir semua mata kuliah di semester empat ini sulit. Ada material elektroteknik, sinyal dan sistem, dan tidak ketinggalan praktikum teknik tenaga elektrik 1 yang sangat melelahkan. Tapi sesulit apa pun itu jika kita mau berusaha pasti bisa dan usaha tidak akan mengkhianati hasil. Itu prinsip yang saya terapkan di semester empat kemarin.

Usaha tidak akan mengkhianati hasil

Setelah melewati satu semester yang melekahkan dan penuh perjuangan, alhamdulillah rasa lelah itu dibayar dengan nilai yang cukup memuaskan. IP semester 4 saya 3,57. Banyak materi yang bisa saya terapkan langsung di kehidupan nyata. Dulu ketika melihat kotak kecil yang menempel ditembok, saya hanya bisa bilang “itu buat listrik”, tapi sekarang “itu box SDP isinya MCB, fuse, ampheremeter, dll”. Dulu jika disuruh menyambung kabel asal-asalan, sekarang sudah tahu tipe-tipe sambungan kabel, dan masih banyak manfaat lain yang saya rasakan. Dan pada akhirnya didalam hati saya berkata “Alhamdulillah Gak Salah Pilih”.

1 comment


EmoticonEmoticon